Sabamban

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Kecurigaan adanya pelanggaran hak cipta

Sebagian atau keseluruhan dari artikel ini dicurigai telah melanggar hak cipta dari tulisan pihak di luar Wikipedia, dan selanjutnya akan dimasukkan dalam daftar Wikipedia:Artikel bermasalah hak cipta:

Disarankan untuk tidak melakukan perubahan apapun sampai masalah pelanggaran hak cipta di artikel ini diteliti pengguna lain dan diputuskan melalui konsensus

  • Jika Anda ingin menulis ulang artikel ini sebagai tulisan yang sama sekali baru, untuk sementara tuliskan di sini.
Berikan komentar mengenai hal tersebut di halaman diskusi artikel ini.
Perhatikan bahwa hanya mengubah sedikit atau beberapa bagian dari tulisan asli tidak cukup untuk menghilangkan pelanggaran hak cipta dari tulisan ini. Lebih baik membangun kembali artikel ini dari awal sedikit demi sedikit daripada membajak tulisan orang lain demi sebuah artikel besar.
  • Jika Anda sebenarnya memang adalah pemilik sumber tulisan asli yang dimaksudkan (dan termasuk pula pemilik bukti tulisan yang menjadi dasar kecurigaan pelanggaran hak cipta), dan ingin membebaskan hak cipta tulisan tersebut sesuai GNU Free Documentation License:
berikan keterangan di halaman diskusi artikel ini, kemudian bisa menampilkan pesan izin tersebut di halaman aslinya, atau berikan izin tertulis ke Wikipedia melalui email yang alamatnya tersangkut langsung dengan sumber tersebut ke alamat permissions-id at wikimedia dot org (ganti kata at dengan @ dan dot dengan titik) surat tertulis ke Wikimedia Foundation. Berikan izin secara eksplisit bahwa tulisan tersebut telah dibebaskan ke dalam lisensi GFDL.
  • Jika tulisan bukti memang berada di wilayah lisensi yang bisa untuk dipublikasikan di Wikipedia,:
Jelaskan hal tersebut di halaman diskusi artikel ini, dengan bukti referensi yang tepat dan benar.

Kecuali kecurigaan hak cipta ini bisa dibuktikan salah dalam waktu paling lambat dua minggu, artikel ini akan dihapus

  • Memuat artikel yang melanggar hak cipta adalah pelanggaran hukum dan tidak sesuai dengan Kebijakan Wikipedia.
  • Jika anda memiliki pertanyaan mengenai hak cipta, silakan lihat Hak cipta.
  • Pengguna yang secara berulang memuat artikel yang melanggar hak cipta akan diblok dari hak penyuntingan.
  • Untuk sementara, pemuatan asli masih bisa dilihat melalui di halaman versi terdahulu.
  • Anda dipersilakan memuat kontibusi orisinil.


SEJARAH KESULTANAN SABAMBAN (KALIMANTAN SELATAN – INDONESIA) Oleh : Asy-Syarif Al-Habib Ir. Muhamad Effendi Al-Idrus


Sejarah Kesultanan Sabamban di Kalimatan Selatan tidak bisa dipisahkan dari Sejarah Kesultanan Kubu (Pontianak – Kalimantan Barat), sebab Pendiri sekaligus Sultan I Kesultanan Sabamban adalah keturunan dari Sultan (Tuan Besar) Kesultanan Kubu di Kalimantan Barat. Sejarah Kesultanan ini juga tak lepas dari peran dakwah keturunan Nabi SAW (Habib/Sayid/Syarif) yang berasal dari penjelajah/bangsawan Arab yang berasal dari daerah Hadramaut-Yaman di Selatan Jazirah Arab, dimana kebanyakan dari mereka adalah para pedagang di lautan Timur-jauh (Asia), yang kemudian berlabuh di Indonesia untuk meneruskan perjuangan dakwah Islam keluarga leluhurnya. Adalah beliau Sultan Syarif Ali Al-Idrus yang mendirikan Kesultanan Sabamban di Angsana dengan nama lain “Keramat Dermaga” (Kabupaten Tanah Bumbu-Batulicin, Kalimantan Selatan-Indonesia) pada pertengahan abad-19. Beliau Sultan Syarif Ali Al-Idrus adalah putra dari Syarif Abdurrahman Al-Idrus, memiliki 5 (lima) saudara yaitu Syarif Aqil, Syarif Husein, Syarif Dayud, Syarif Seggaf dan Syarif Alwi. Sultan Syarif Ali Al-Idrus menjabat sebagai Sultan Sabamban hingga akhir hayatnya. Ayah dari Sultan Syarif Ali yaitu Syarif Abdurrahman Al-Idrus. Kakek Syarif Ali Al-Idrus yaitu Syarif Idrus Al-Idrus adalah yang mendirikan Kesultanan Kubu di muara Sungai Terentang, dekat Pontianak Kalimantan Barat sekaligus Sultan I (Yang Dipertuan/Tuan Besar) dari Kesultanan Kubu tersebut. Ayah Syarif Ali Al-Idrus yaitu Syarif Abdurrahman Al-Idrus menikahi Syarifah Aisyah Al-Qadri yang merupakan putri dari Sultan Syarif Abdurrahman bin Husein Al-Qadri (Sultan I Kesultanan Pontianak di Kalimantan Barat). Jadi pada diri Sultan Syarif Ali mengalir darah yang mempertemukan dua jalur kebangsawanan Kalimantan, yaitu dari jalur Kesultanan Kubu (Al-Idrus) dan Kesultanan Pontianak (Al-Qadri). Garis nasab Bani Alawi – Al-Husaini Beliau adalah : Sultan Syarif Ali bin Syarif Abdurrahman bin Syarif Idrus (Sultan/Tuan Besar Kubu, Pendiri Kesultanan Kubu di Kalimantan Barat) bin Abdurrahman Ad-Dukhum bin Ali Shahib Abid bin Hasan Ar-Raudloh bin Alwi Shahib Laban (yang menurunkan hujan susu) bin Abdullah Maula Thogo bin Ahmad As-Sarim bin Husain Maula Ishaq bin Al-Idrus Al-Akbar Abdullah (yang pertama kali digelari “Al-Idrus” yang memiliki arti “pemimpinnya para kaum sufi”) bin Abubakar As-Sakran bin Abdurrahman As-Saggaf bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali Maula Darq bin Alwi Al-Ghuyur bin Muhammad Al-Faqih Muqaddam bin Ali Faqih Nuruddin bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad Maula Shama’ah bin Alawi Abi Sadah (yang menurunkan keturunan Bani Alawi/Ba'Alawi) bin Ubaidillah (Abdullah) bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa Ar-Rumi bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al-Uraidli bin Ja’far As-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain Asy-Syahid (meninggal saat Peperangan Karbala) bin Ali bin Abi Thalib, dan juga putra Fatimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad SAW. Syarif Ali Al-Idrus pendiri Kesultanan Sabamban yang merupakan cucu dari Sultan (Tuan Besar) Kubu -Syarif Idrus Al-Idrus ini, pada awalnya menetap di daerah Kubu-Kalimantan Barat (bersama keluarga bangsawan Kesultanan Kubu). Pada masa itu Beliau telah memiliki satu istri dan berputra dua orang yaitu : Syarif Hasan Al-Idrus dan Syarif Abubakar Al-Idrus. Karena ada suatu konflik kekeluargaan, akhirnya Syarif Ali Al-Idrus memutuskan untuk hijrah/pindah ke Kalimantan Selatan dengan meninggalkan istri dan kedua putranya yang masih tinggal di Kesultanan Kubu, menyusuri Sungai Barito hingga sampai di daerah Banjar. Di daerah Banjar tersebut, beliau mendirikan Kesultanan Sabamban dan menjadi Sultan yang Pertama, bergelar Sultan Syarif Ali Al-Idrus. Pada saat beliau menjadi Sultan Sabamban ini, Beliau menikah lagi dengan 3 (tiga) wanita ; 1)Putri Kesultanan Banjar di Kalimantan Selatan. 2)Putri Kesultanan Makasar dari Sulawesi Selatan; dan 3)Putri Kesultanan Bone dari Sulawesi Selatan). Pada masa beliau menjabat sebagai Sultan Sabamban, daerah tersebut mulai ramai dan makmur. Banyak para pedagang dari luar daerah yang berdatangan ke daerah Angsana tersebut. Dari para pedangang tersebut, tersebarlah berita tentang keberadaan serta kemasyhuran Kesultanan Sabamban, hingga sampailah kabar tersebut ke tanah kelahiran Sultan Syarif Ali Al-Idrus di Kubu (Kalimantan Barat). Begitu mendengar kabar keberadaan Ayahnya, kedua putra beliau dari istri pertama di Kubu-Kalimantan Barat yaitu Syarif Hasan dan Syarif Abubakar akhirnya pergi menyusul Beliau ke Angsana (Kesultanan Sabamban), dan menetap bersama Ayahandanya di sana. Dari ketiga istri beliau di Banjar-Kalimantan Selatan serta satu istri di Kubu-Kalimantan Barat tersebut, Sultan Syarif Ali memiliki 12 (duabelas) putra. Putra-putra beliau yaitu : Dari Istri Pertama (Kubu-Kalimantan Barat) : Syarif Hasan bin Syarif Ali Al-Idrus dan Syarif Abubakar bin Syarif Ali Al-Idrus Dari Istri ke-dua (Putri Sultan Banjar), Istri ke-tiga (Putri Sultan Makasar) dan Istri ke-empat (Putri Sultan Bone), menurunkan putra-putra beliau : Syarif Musthafa bin Syarif Ali Al-Idrus, Syarif Thaha bin Syarif Ali Al-Idrus, Syarif Hamid bin Syarif Ali Al-Idrus, Syarif Ahmad bin Syarif Ali Al-Idrus. Syarif Muhammad bin Syarif Ali Al-Idrus, Syarif Umar bin Syarif Ali Al-Idrus, Syarif Thahir bin Syarif Ali Al-Idrus, Syarif Shalih bin Syarif Ali Al-Idrus, Syarif Utsman bin Syarif Ali Al-Idrus dan Syarif Husein bin Syarif Ali Al-Idrus. Setelah wafatnya Sultan I Syarif Ali Al-Idrus, Jabatan Sultan tidak diteruskan oleh putra-putra beliau, akan tetapi yang menjadi Sultan II Sabamban adalah justru cucu beliau yaitu Sultan Syarif Gasim Al-Idrus, putra dari Syarif Hasan Al-Idrus (Syarif Hasan adalah putra Sultan Syarif Ali Al-Idrus dari Istri Pertama/Kubu, waktu Syarif Ali masih menetap di Kubu-Kalimantan Barat). Sultan Syarif Gasim Al-Idrus, Sultan II Sabamban menjabat sebagai Sultan hingga akhirnya Kesultanan Sabamban ini hilang dari bumi Kalimantan Selatan. Jadi sepanjang sejarahnya, Kesultanan Sabamban ini hanya dijabat oleh dua Sultan saja, yaitu pendirinya Sultan Syarif Ali Al-Idrus sebagai Sultan I dan cucu beliau sebagai Sultan II Sabamban yaitu Sultan Syarif Gasim Al-Idrus. Bukti-bukti peninggalan Kesultanan Sabamban yang ada hingga kini adalah tiang-tiang/pilar Istana, Meriam Kesultanan yang sekarang ditempatkan di depan Kantor Kecamatan Angsana, serta Makam Sultan I Syarif Ali Al-Idrus dan Sultan II Syarif Gasim Al-Idrus di dekat pantai Angsana atau dikenal dengan nama Keramat Dermaga, Kabupaten Tanahbumbu, kota Batulicin, Kalimantan Selatan–Indonesia. Tidak adanya bukti Istana Kesultanan secara utuh disebabkan oleh karena tekanan dari Pemerintah Kolonial Belanda –sebagai penjajah Indonesia (termasuk Kalimantan Selatan) pada waktu itu--, yang ingin menguasai Kesultanan Sabamban berserta aset Kerajaan, sedangkan Keluarga Kesultanan Sabamban dalam hal ini keturunan Sultan Syarif Ali Al-Idrus sangat anti penjajah Belanda, hingga akhirnya Istana Kesultanan Sabamban dibakar sendiri oleh keluarga Kesultanan Sabamban, agar tidak bisa dikuasai oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Sementara itu, setelah tidak adanya lagi Kesultanan Sabamban tersebut, anak-cucu keluarga bangsawan dari keturunan Sultan Syarif Ali Al-Idrus ini, menyebar ke seluruh wilayah Kalimantan Selatan pada umumnya dan ada yang hijrah ke Malaysia, Filipina, pulau Jawa dan di belahan lain Nusantara hingga saat ini.

SELESAI

Penulis adalah Keturunan Sultan Sabamban yang tinggal di Yogyakarta–Indonesia. Dengan nomor Register Paspor Nasab Bani Alawi – Al-Huseini dari Maktab Ad-Daimy Rabithah Alawiyah Jakarta–Indonesia: MD. 004904, dikeluarkan pada : 2 Rabi'ul Awwal 1418 H/7 Juli 1997. Ditetapkan Oleh : Habib Zainal Abidin Seggaf As-Seggaf (Ketua) dan Habib Abubakar Seggaf As-Seggaf (Wakil). Garis Nasab Syarif : As-Syarif Al-Habib Muhamad Effendi bin Syarif Hasan Badri bin Syarif Hasyim bin Syarif Musthafa bin Sultan Syarif Ali Al-Idrus. Keterangan Lengkap tentang Nasab Bani Alawi dan Nasab Sultan Sabamban, di Kalimantan Selatan dapat menghubungi petugas yang berwenang : Drs. Habib Ahmad bin Ali bin Hasan bin Thahir bin Sultan Syarif Ali Al-Idrus; di Tanjung, Muara Budak, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan; selaku Pencatat Nasab Bani Alawi di Maktab Ad-Daimy Rabithah Alawiyah Kalimantan Selatan.

KETERANGAN

NASAB BANI ALAWI – AL-HUSAINI : Bani Alawi ialah gelar marga yang diberikan kepada mereka yang nasab-nya bersambung kepada Sayyid Alawi bin Ubaidullah (Abdullah) bin Ahmad bin Isa Al-Muhajir. Ahmad bin Isa Al-Muhajir telah meninggalkan Basrah di Iraq bersama keluarga dan pengikut-pengikutnya pada tahun 317H/929M untuk berhijrah ke Hadhramaut di Yaman Selatan. Cucu Ahmad bin Isa yang bernama Alawi, merupakan orang pertama yang dilahirkan di Hadramaut. Oleh itu anak-cucu Alawi digelar Bani Alawi, yang bermakna “Keturunan Alawi”. Panggilan Bani Alawi (Ba'Alawi) juga ialah bertujuan memisahkan kumpulan keluarga ini daripada cabang-cabang keluarga yang lain yang juga keturunan dari Nabi Muhammad SAW. Bani Alawi (Ba 'Alawi) juga dikenali dengan kata-nama Sayid (jamaknya: Sadah) atau Habib (jamaknya: Haba'ib) atau Syarif (jamaknya: Asyraf, khusus bagi bangsawan/ningrat-nya). Untuk kaum wanitanya dikenal juga dengan sebutan Syarifah. Keluarga yang bermula di Hadhramaut (Yaman) ini, telah berkembang dan menyebar, dan saat ini banyak diantara mereka yang menetap di segenap pelosok dunia baik Arab, Indonesia, Asia Tenggara, India, Afrika dan lainnya.

GELAR DAN ISTILAH :

Putra Mahkota/Pangeran : Syarif (atau Sayyid) (nama pribadi) ibni al-Marhum Syarif (atau Sayyid) (nama bapaknya) Al-Idrus (nama marga/keluarga), Anggota laki-laki keluarga Kesultanan yang lain, keturunan pada garis Bapak (garis nasab keturunan Nabi Muhammad SAW): Syarif (atau Sayyid atau Habib) (nama pribadi) ibni Syarif (atau Sayyid atau Habib) (nama bapaknya) Al-Idrus (nama marga/keluarga). Anggota wanita keluarga Kesultanan, keturunan pada garis bapak: Syarifah (nama pribadi) binti Syarif (atau Sayyid atau Habib) (nama bapaknya) Al-Idrus (nama marga/keluarga).


SUMBER DATA :

Maktab Ad-Daimy, Badan Pencatatan Nasab Bani Alawi – Al-Husaini, Rabithah Alawiyah Pusat, Jakarta–Indonesia, Attn: Habib Zainal Abidin Seggaf As-Seggaf (Ketua) dan Habib Abubakar Seggaf As-Seggaf (Wakil), Buku Data Nasab Bani Alawi-Al-Husaini, No. 1, hlm. 149, (Jakarta: Maktab ad-Daimy), 1997 Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali Bin Yahya dan Team Penulis Panitia Muktamar ke-10 Jam’iyah Ahli Al Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyah 1426H/2005 M - Pekalongan, Mengenal Thariqah – Panduan Pemula Mengenal Jalan Menuju Allah; Last Chapter, Sekilas Tentang Thariqah Alawiyah, (Jakarta: Aneka Ilmu), 2005 www.asyraaf.com (Telaah Kitab Al-Mu'Jamul Lathif halaman 140-141, tentang Qabilah Marga Al-Idrus) Al-Habib Muhammad bin Abubakar Asy-Syalli Ba-‘Alawy, As-Syaikh Al-Akbar Abdullah Al-Idrus dalam Al-Masyra' Ar-Rawiy fi Manaqib As-Sadah Al-Kiram Bani Alawiy, tt Sayyid Ahmad bin Muhammad As-Syathiri, Sirah As-Salaf Min Bani 'Alawiy Al-Husainiyin, (Jeddah: dicetak oleh Alam Ma'rifah), 1405H/1984 Prof Dr. HAMKA, Soal Jawab Agama Islam, (Kuala Lumpur: Pustaka Melayu Baru), 1978. Ronald Lewcock, Wadi Hadhramaut and The Walled City of Shibam, UNESCO, 1986 D. Van Der Meulen dan H. Von Wissmann, Hadramaut -Some of Its Mysteries Unveiled D. Tick, Pusat Dokumentasi Kerajaan-Kerajaan di Indonesia "Pusaka". pusaka.tick@tiscali.nl (Mirza Hafiz) J. P. J. Barth, Overzicht der afdeeling Soekadana, Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van kunsten en wetenschappen. Deel L, Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, (Batavia: Albrecht & Co.), 1897 J.J.K. Enthoven, Bijdragen tot de Geographie van Borneo's Wester-afdeeling, (Leiden: E.J. Brill), 1903 H. von Dewall, "Matan, Simpang, Soekadana, de Karimata-eilanden en Koeboe (Wester-afdeeling van Borneo)", Tijdschrisft voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde, Deel XI, Vierde Serie Deel II, Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Batavia, 1862.