Sultan Alam Bagagarsyah

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Cap Sultan Alam Bagagarsyah
Cap Sultan Alam Bagagarsyah

Daulat Yang Dipertuan Sultan Alam Bagagarsyah (wafat di Batavia 12 Februari 1849) merupakan raja Kerajaan Pagaruyung terakhir. Beliau merupakan cucu dari Sultan Muning Alamsyah. Ia diangkat menjadi regen Tanah Datar setelah Belanda merebut Pagaruyung dari tangan kaum Padri. Karena tuduhan bersekongkol melawan Belanda Sultan Alam Bagagarsyah ditangkap dan dibuang ke Batavia, tempat ia wafat pada tahun 1849.

Saat sengketa berdarah dengan kaum Padri di Koto Tangah terjadi Sultan Alam Bagagarsyah masih berumur 15 tahun. Ia berhasil meloloskan diri ke Padang yang pada saat itu dikuasai Inggris. Di sana ia hidup sebagai rakyat biasa.

Pada 10 Februari 1821 bersama 19 pemuka adat lainnya Sultan Alam Bagagarsyah menandatangani perjanjian penyerahan nagari Pagaruyung, Suruaso, Sungaitarab dan nagari-nagari sekitarnya kepada Hindia Belanda. Mereka juga berjanji tunduk dan patuh pada pemerintah Hindia Belanda. Sebagai imbalannya Belanda akan menyediakan pasukan untuk mengamankan mengusir kaum Paderi.[1]

Setelah sebagian besar Tanah Datar dikuasai Belanda Sultan Alam Bagagarsyah dipulihkan sebagai raja alam Pagaruyung, menggantikan Sultan Muning Alamsyah yang wafat pada 1825, sekaligus menjabat sebagai regen Tanah Datar.

Pada 11 Januari 1833 meletus perlawanan serentak di seluruh Minangkabau melawan Belanda. Hal ini tidak disangka oleh Belanda yang menyangka telah berhasil menaklukkan seluruh Minangkabau dan menundukkan kaum Padri. Pihak Belanda, khususnya Letnan Kolonel Elout menuduh Sultan Alam Bagagarsyah terlibat dalam perlawanan umum tersebut. Karena itu pada tanggal 2 Mei 1833 beliau ditangkap dan tanggal 24 Mei ia dibuang ke Batavia dalam keadaan diborgol. Sultan kemudian dibebaskan namun tidak diizinkan pulang ke Minangkabau.

Beliau akhirnya meninggal pada 12 Februari 1849, dan dimakamkan di pekuburan Mangga Dua. Kemudian pada tahun 1975 atas izin pemerintah Indonesia kuburannya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan.

[sunting] Catatan kaki

  1. ^ Amran, Rusli (1981). Sumatra Barat hingga Plakat Panjang. Penerbit Sinar Harapan.