Kerajaan Sriwijaya

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Peta beberapa kerajaan di Asia Tenggara, termasuk Sriwijaya (dieja Srivijaya pada gambar ini), pada akhir abad ke-12.
Peta beberapa kerajaan di Asia Tenggara, termasuk Sriwijaya (dieja Srivijaya pada gambar ini), pada akhir abad ke-12.

Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maritim yang pernah berdiri secara independen di wilayah Kepulauan Nusantara bagian barat dari abad ke-7 (bahkan mungkin sebelumnya) hingga abad ke-12. Setelah didahului serbuan dari Kerajaan Chola dari India Selatan dan Kerajaan Singasari dari Jawa yang melemahkan kekuatan militernya, Sriwijaya menjadi kerajaan taklukan tetangganya, Kerajaan Melayu Jambi dan bertahan hingga berdirinya Kerajaan Majapahit, sebelum akhirnya benar-benar runtuh pada abad ke-14. Pusat pemerintahannya kemungkinan besar di sekitar Palembang, Sumatra, meskipun ada pendapat lain yang menyebutkan Ligor di Semenanjung Malaya sebagai pusatnya.

Walaupun pada masa kebesarannya diketahui memiliki pengaruh politik, ekonomi, dan budaya yang besar, meliputi Indonesia bagian barat, Semenanjung Malaya, Siam bagian selatan, dan sebagian Filipina, kerajaan ini sama sekali tidak meninggalkan naskah tulisan atau sastra sama sekali, kecuali beberapa prasasti batu atau keping tembaga. Keberadaannya malah banyak diketahui dari tulisan-tulisan musafir Tiongkok dan Arab. Namun demikian, banyak ditemukan peninggalan-peninggalan berupa benda-benda keramik dan beberapa bangunan yang dibuat dari batu bata.

Daftar isi

[sunting] Catatan-catatan mengenai Sriwijaya

Berikut ini adalah beberapa sumber sejarah yang diketahui berkaitan dengan Sriwijaya:

[sunting] Berbahasa Sanskerta atau Tamil

- Prasasti Ligor di Thailand
- Prasasti Kanton di Kanton
- Prasasti Siwagraha
- Prasasti Nalanda di India
- Piagam Leiden di India
- Prasasti Tanjor
- Piagam Grahi
- Prasasti Padang Roco
- Prasasti Srilangka

[sunting] Sumber berita Tiongkok

- Kronik dari Dinasti Tang
- Kronik Dinasti Sung
- Kronik Dinasti Ming
- Kronik Perjalanan I Tsing
- Kronik Chu Fan Chi oleh Chau Ju Kwa
- Kronik Tao Chih Lio oleh Wang TA Yan
- Kronik Liang Wai Tai Ta oleh Chou Ku Fei
- Kronik Yeng Yai Shey Lan oleh Ma Huan

[sunting] Prasasti berbahasa Melayu Kuna

- Prasasti Kedukan Bukit di Palembang
- Prasasti Talang Tuo di Palembang
- Prasasti Telaga Batu di Palembang
- Prasasti Palas Pasemah di Lampung Selatan
- Prasasti Hujung Langit di Lampung Utara
- Prasasti Karang Brahi di Jambi
- Prasasti Kota Kapur di P. Bangka
- Prasasti Sojomerto di Pekalongan - Jawa Tengah

[sunting] Pengaruh budaya

Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India, pertama oleh budaya agama Hindu dan kemudian diikuti pula oleh agama Buddha. Agama Buddha diperkenalkan di Srivijaya pada tahun 425 Masehi. Sriwijaya merupakan pusat terpenting agama Buddha Mahayana. Raja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu melewati perdagangan dan penaklukkan dari kurun abad ke-7 hingga abad ke-9.

Kerajaan Sriwijaya juga membantu menyebarkan kebudayaan Melayu ke seluruh Sumatra, Semenanjung Melayu, dan pulau Kalimantan bagian Barat.

Pada masa yang sama, agama Islam memasuki Sumatra melalui Aceh yang telah tersebar melalui hubungan dengan pedagang Arab dan India. Pada tahun 1414 pangeran terakhir Sriwijaya, Parameswara, memeluk agama Islam dan berhijrah ke Semenanjung Malaya dan mendirikan Kesultanan Melaka.

Agama Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana disebarkan di pelosok kepulauan nusantara dan Palembang menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Pada tahun 1017, 1025, dan 1068, Sriwijaya telah diserbu raja Chola dari kerajaan Colamandala(India) yang mengakibatkan hancurnya jalur perdagangan. Pada serangan kedua tahun 1025, raja Sri Sanggramawidjaja Tungadewa ditawan. Pada masa itu juga, Sriwijaya telah kehilangan monopoli atas lalu-lintas perdagangan Tiongkok-India. Akibatnya kemegahan Sriwijaya menurun. Kerajaan Singasari yang berada di bawah naungan Sriwijaya melepaskan diri. Pada tahun 1088, Kerajaan Melayu Jambi, yang dahulunya berada di bawah naungan Sriwijaya menjadikan Sriwijaya taklukannya. Kekuatan kerajaan Melayu Jambi berlangsung hingga dua abad sebelum akhirnya melemah dan takluk di bawah Majapahit.

[sunting] Referensi

[sunting] Pranala luar