Anarkisme di Indonesia

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Bagian dari seri tentang
Anarkisme

Simbol anarkisme

Varian anarkisme

Varian Anarkisme
Anarko-Komunisme
Anarko-Sindikalisme
Anarka-Feminisme
Anarkisme individualisme
Anarkis Platformis
Infoanarkisme
Anarki pasca-kiri
Anarkisme Hijau
Anarko-primitifisme

Seputar dunia

Anarkisme di Spanyol
Anarkisme di Afrika
Anarkisme di Indonesia

Anarkisme dalam budaya

Anarkisme dan Masyarakat
Ekonomi anarkis
Anarkisme dan Kapitalisme
Anarkisme dan Marxisme
Anarkisme dan agama
Anarkisme dan seni
Anarko-punk
Anarko-skinhead
Simbolisme anarkis
Hukum anarkis
Anarkisme Kristen
Anarkisme kripto

Sejarah terkait

Komune Paris
Kerusuhan Haymarket
Pemberontakan Kronstadt
Narodnichestvo
Revolusi Spanyol
May 1968
Pertemuan WTO 1999

Daftar terkait

Komunitas
Konsep
Musisi
Organisasi
Daftar tokoh anarkis

Subjek terkait

Anarkis
Anarki
Anarko-
Anti-otoritarian
Anti-kapitalisme
Anti-globalisasi
Antifa
Antinomianisme
Blok Hitam
Crimethinc
Eko-anarkisme
Earth First!
Food Not Bombs
Demokrasi industri
Indymedia
Marxisme Otonomis
Ekonomi Partisipatif
Primitivisme
Penghapusan penjara
Munisipalisme libertarian
Saminisme
Sosialisme libertarian
Situasionis
Ekologi sosial
Workers' self-management
Zapatista

 Kotak info ini: lihat  bicara  edit 

Tidak begitu jelas kapan pertama kali anarkisme muncul di Indonesia, namun gerakan anarkisme di Indonesia baru mulai marak terlihat di penghujung tahun 90-an. Akan tetapi, banyak yang mempercayai bahwa gerakan yang memiliki kecenderungan terhadap anarkisme telah banyak bermunculan sejak era kolonial Belanda, diantaranya adalah gerakan masyarakat Samin di Blora, Jawa Tengah.

Tidak disangkal lagi bahwa kemunculan gerakan anarkisme pada era 90-an di indonesia, tak lepas dari pengaruh perkembangan punk di indonesia, sebuah aliran musik yang kemudian bertransformasi menjadi sebuah gaya hidup yang didalamnya sangat kental dengan nuansa anarkistik. Selain itu, jatuhnya era kepemimpinan Soeharto, juga ikut memberikan angin segar bagi berkembangnya gerakan ini.

Dipenghujung tahun 90-an, banyak organisasi-organisasi kecil maupun kolektif-kolektif yang mengusung label anarkis sebagai haluan politiknya. Diantara kolektif-kolektif tersebut adalah Kolektif Kontra Kultura di Bandung dan Anti Fascist and Racist Action (AFRA) di Jakarta yang berafiliasi dengan sebuah organisasi anti-rasis skala internasional bernama Anti Racist Action (ARA), Taring Padi di Yogyakarta, sebuah kolektif yang terdiri dari para seniman anarkis, bahkan pada era ini mulai muncul pula sebuah jaringan skala nasional bernama Jaringan Anti Fasis Nusantara (JAFNus), yang didalamnya terdapat banyak organisasi kecil dari seluruh indonesia yang seluruhnya juga mengusung Anarkisme sebagai dasar ideologi politiknya yang kemudian dibubarkan.

Memasuki era tahun 2000, gerakan anarkisme semakin menununjukkan eksistensinya diindonesia dengan semakin bermunculannya organisasi-organisasi baru, beberapa diantaranya adalah kelompok Affinitas di Yogyakarta, Jakarta Anarchist Resistance di Jakarta yang kemudian bertransformasi menjadi Jaringan Otonomis (JOtos), Jaringan Autonomous Kota di Salatiga, dan lain sebagainya.

Daftar isi

[sunting] Bentuk gerakan

Seperti umumnya gerakan anarkisme diberbagai negara lainnya, gerakan anarkisme di Indonesia juga banyak menggunakan aksi-aksi langsung sebagai bentuk gerakan.

[sunting] Kolektif basis ekonomi

Sejak awal kemunculannya di eran 90-an, banyak kolektif-kolektif berhaluan anarkis yang justru pertama kali dirintis sebagai sebuah bentuk kolektif berbasis usaha, bentuk seperti ini dipengaruhi oleh etos Do it Yourself (DIY) yang diusung oleh gerakan Punk.

Dalam bentuk seperti ini, biasanya suatu kolektif memfokusnya dirinya dalam membangun suatu basis usaha mandiri, seperti mengelola dan memproduksi pakaian, distribusi sendiri berbagai literatur, dan lain sebagainya.

Contoh kolektif yang mengadopsi bentuk ini adalah Taring Babi dari Jakarta.

[sunting] Pendidikan

Kaum anarkis percaya bahwa pendidikan adalah salah satu kebutuhan terpenting manusia. Namun demikian, anarkis tidak mempercayai bentuk pendidikan formal yang diajarkan di sekolah. Karena bagi para anarkis, pendidikan di sekolah tak lain adalah media propaganda sekaligus alat doktrin negara dan pemerintah.

Oleh karena itu, anarkis merasa perlu adanya suatu pola pendidikan alternatif yang bersifat netral tanpa adanya pola doktrinasi didalamnya.

Begitu pula di Indonesia, kaum anarkis mencoba untuk membangun suatu pola pendidikan alternatif diluar pendidikan formal yang ada. Beberapa bentuk gerakan di bidang pendidikan yang telah ada diantaranya adalah sanggar kolong yang didirikan dipluit oleh Jakarta Anarchist Resistance, Pendidikan alternatif Rumah Bambu yang didirikan di Salatiga, dan lain sebagainya.

[sunting] Media

Sebagai sebuah gerakan, para anarkis membuat media-medianya sendiri untuk menyampaikan berbagai informasi dan issue terkait dengan gerakan anarkisme kepada khalayak umum. Media juga bisa menjadi penyampaian ide kepada publik. Media juga berkaitan erat dengan usaha para anarkis dalam mengembangkan pendidikan politik baik antar sesamanya maupun kepada publik.

Hampir semua organisasi anarkis di Indonesia memiliki media nya sendiri baik dalam bentuk cetak maupun elektronik. Banyak juga media-media dalam bentuk zine yang diterbitkan oleh individu. Beberapa zine yang ada antara lain Kontra Kultura, Jurnal Jaringan Otonomis, Affinitas.

Media internet menjadi sasaran para anarkis dalam mengusung beragam idenya, beberapa media situs internet yang terkenal antara lain situs Indymedia Jakarta (http://jakarta.indymedia.org), Jurnal Apokalips (versi online), Jaringan Otonomis (versi online), Pustaka Otonomis [1].

[sunting] Perkembangan gerakan Anarkisme dan Anti-otoritarian di berbagai kota di Indonesia

Seperti telah dikemukakan diatas, gerakan anarkisme dan anti-otoritarian mulai tampak kepermukaan di penghujung era 90-an. Sejak awal kemunculannya sampai dengan saat ini, gerakan ini juga membawa dampak yang cukup signifikan diberbagai kota di Indonesia, ditandai dengan bermunculannya berbagai kolektif maupun organisasi yang secara nyata memakai prinsip-prinsip anarkisme dan anti-otoritarianisme dalam gerakannya.

[sunting] Yogyakarta

Para era tahun 1998, di Kota Yogyakarta mulai mencuat nama Taring Padi sebagai sebuah kolektif. Taring Padi merupakan pekerja seni/budaya yang berproses untuk konstruksi nilai-nilai budaya dan "seni" yang progresif. Awalnya kolektif ini diberi nama Lembaga Budaya Kerakyatan Taring Padi (LBK TP). Kegiatan yang dilakukan meliputi : penerbitan media berkala Terompet Rakyat, kerja sama antar komunitas, pembuatan media propaganda (seperti poster bertema, baliho, wayang-wayangan, instalasi), aksi grafiti, dan lain sebagainya.

Menjelang tahun 2001, didirikan sebuah kolektif kecil bernama Kolektif Arus Bawah, yang saat ini telah berubah namanya menjadi Affinitas sejak tahun 2004. Kolektif ini memiliki konsentrasi di seputar pematangan wacana-wacana Anti-otoritarian, dengan diterbitkannya media Bebas yang kemudian berubah namanya juga menjadi Affinitas yang dimana isi dari buletin berkala ini adalah berupa artikel-artikel teori politik anti otoritarian dan analisa isu-isu politik.

Di Yogyakarta juga pernah didirikan sebuah kolektif bernama Anak Seribu Pulau, tapi kegiatan dari kolektif ini juga sebagian dilakukan di Blora. Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh kolektif ini diantaranya : pengorganisasian masyarakat akar umput di Blora, penerbitan media "anak seribu pulau" (2 edisi), pembuatan media agitasi seperti poster dan stiker.

Beberapa individu di Taring Padi bekerjasama dengan Affinitas memprakarsai dibangunnya kolektif Food Not Bombs Yogyakarta, yang kegiatannya meliputi pembagian makanan dan pernah juga mengadakan satu konser musik untuk menghimpun dana bagi populasi yang terimbas bencana Tsunami Aceh dan Sumatera Utara. Selain Food Not Bombs, kedua kolektif ini juga pernah menggelar suatu event bersama yang di beri nama Alternatif Media Fair.

[sunting] Bandung

Boleh jadi kota Bandung merupakan lahan subur bagi tumbuh kembangnya gerakan anti-otoritarian di Indonesia, pasalnya cukup banyak sekali organisasi yang dilahirkan di kota ini. Tercatat pada periode tahun 1998 - 2000 pernah berdiri Front Anti Fasis, sebuah kelompok punk lokal yang diorganisasikan demi kepentingan pembentukan sayap anak muda di tubuh PRD. Meski didirikan oleh sebuah organisasi otoritarian, beberapa anggotanya yang memiliki lambat laun tidak sepakat dengan sikap otoriter dari PRD, memutuskan untuk keluar dan kemudian membentuk sebuah jaringan yang diberi nama Aliansi Utopian pada periode tahun 2000-2001.

Di periode yang sama juga terbentuk sebuah kolektif yang bernama Kolektif Kras Kepala, kolektif ini lebih mengeksplorasi taktik yang lebih condong ke arah kekerasan terbuka dan perusakan properti. Di tahun 2000 juga berdiri Kolektif Kontra Kultura, pada awalnya kolektif ini hanya menggandakan materi-materi ataupun zine-zine yang bertendensi anti-otoritarian untuk didistribusikan, baru kemudian mulai dilakukan penerjemahan-penerjemahan materi berbahasa asing. Pada tahun selanjutnya, baru diadakan sebuah diskusi mingguan yang selalu dihadiri oleh orang-orang yang berbeda dan pengantar materi juga dari orang yang selalu berbeda-beda. Event diskusi rutin berjalan sekitar satu tahun dan berhenti dilakukan setelah rumah tempat kolektif ini melakukan banyak aktifitasnya ditinggalkan. Kolektif ini terus mengembangkan gerakannya, seperti pembentukan sel-sel kecil, infiltrasi-infiltrasi ke dalam event-event publik, dan mempublikasikan jurnal berkala.

Beberapa organisasi maupun kolektif lainnya yang juga tumbuh di bandung diantaranya Kolektif Polusi (2000-2003) yang banyak terinspirasi oleh ide-ide situationist, media online Lawan Online (2000-2004) yang banyak menyuguhkan materi anti-otoritarian dalam bahasa Indonesia dan sebuah media online (lawan.org) yang sempat membubarkan diri pada tahun 2003 dan muncul kembali dengan nama Cyberesistance (cyberesistance.net), Kolektif Hijau Merdeka (2003) yang banyak memfokuskan diri di tataran ekologi dan Bookchinisme, Sayap Ikarus (2003) yang lebih memfokuskan diri pada soalan publikasi online yang berembrio dari grup serupa yang sempat muncul sebelumnya bernama Kolektif Bakar Batas, Persatuan Buruh Josuit Junior (2004) sebuah serikat buruh non-keanggotaan yang didirikan secara kasustik, serta Food Not Bombs Bandung (2004-sekarang).

[sunting] Jaringan Anti-Otoritarian

Artikel utama : Jaringan Anti-Otoritarian
Jaringan Anti-Otoritarian saat aksi May Day
Jaringan Anti-Otoritarian saat aksi May Day

Di awal tahun 2007, jaringan komunikasi lintas daerah dibentuk pertama kali oleh 4 organisasi yaitu Affinitas[2], Jaringan Autonomous Kota, Apokalips[3] dari Bandung, dan Jaringan Otonomis, jaringan ini dibentuk sebagai media konsolidasi antar organisasi dilingkungan jaringan sekaligus sebagai media share wacana antar anggotanya. Menjelang May Day 2007, jaringan ini berencana merancang suatu aksi bersama yang melibatkan seluruh elemen anarkis di seluruh indonesia baik organisasi maupun individu. Untuk itulah jaringan ini kemudian secara resmi diberi nama Jaringan Anti-Otoritarian.

Ide ini kemudian direspon dengan sangat baik oleh banyak organisasi maupun individu lain diluar jaringan, yang kemudian satu-persatu menyatakan dirinya untuk bergabung dengan jaringan anti-otoritarian.

Meski tidak terlalu banyak, akhirnya pada 1 Mei 2007, jaringan anti-otoritarian ikut terlibat dalam menyemarakan pesta perayaan MayDay di Jakarta [4].

[sunting] Pranala luar