Credo Sirmium I

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Credo Sirmium I adalah salah satu rumusan iman yang diakui oleh Gereja Katolik dan golongan Semi Arian. Dalam koleksi dokumen Gereja Katolik, oleh Schonmetzer, Credo Sirmium I dimasukkan ke dalam Enchiridion Symbolorum (DS 139 – 140) karya H. J. D. Denzinger. Salinan Credo Sirmium I yang dikenal saat ini umumnya berasal dari De Synodis, karya St. Athanasius, Patriarkh Aleksandria.


Daftar isi

[sunting] Penggunaan

Credo Sirmium I disusun oleh para bapa Konsili Sirmium II (tahun 351) untuk melawan beberapa ajaran sesat yang nampaknya diajarkan oleh Marcellus, Uskup Ancyra dan muridnya yaitu Photinus, Uskup Sirmium. Secara umum, Marcellus berjuang membela ajaran orthodoks yang digariskan oleh Konsili Nicaea I. Namun menurut para musuhnya, Marcellus kemudian berkecenderungan untuk menyederhanakan ajaran Gereja dengan pernyataan yang berbau Sabellian. Sedangkan Photinus berkecenderungan untuk mengajarkan bahwa Kristus hanyalah manusia, bukan Putra Allah.


[sunting] Asal usul

Karena ajarannya yang dianggap berbau Sabellian, pada tahun 335 Marcellus disingkirkan dari keuskupannya oleh para pengikut Eusebius dari Caesarea. Posisinya sebagai Uskup Ancyra kemudian ditempati oleh Basilus. Pada tahun 351 para uskup Timur berkumpul dalam sebuah konsili di Sirmium untuk melawan Photinus. Konsili ini kemudian dikenal sebagai Konsili Sirmium II. Basilus – yang adalah musuh Marcellus – memimpin para uskup untuk melawan Photinus yang menyebarkan ajaran yang tidak kurang parah dari ajaran gurunya. Pada akhirnya dalam konsili ini Photinus disingkirkan, dan posisinya sebagai Uskup Sirmium diserahkan kepada Germinius, seorang penganut ajaran Arian. Kemudian konsili menyusun sebuah credo, yang mengambil jalan tengah antara Homoeusian dan Homoean.

Credo Sirmium I merupakan Credo Antiokhia IV yang dibawa ke Konsili Sirmium II dan diperpanjang dengan kutukan-kutukan pada bagian akhirnya. Kerangka Credo Sirmium I sendiri kemungkinan disusun oleh para uskup yang hadir atau oleh Basilus dari Ancyra atau oleh Markus dari Arethusa.


[sunting] Perdebatan mengenai Paus Liberius

Pada tahun 356 Kaisar Konstantius II (yang menganut ajaran Arian) mengasingkan Paus Liberius dari Roma ke Boeroea di Trachia karena paus menolak untuk mengutuk St. Athanasius yang membela ajaran Konsili Nicaea I bahwa Putra sehakikat dengan Bapa. Tetapi kemudian, dalam pengasingannya dan di bawah ancaman penyiksaaan dari pihak kaisar, paus menandatangani salah satu dari tiga Credo Sirmium. Ketiga Credo Sirmium tersebut ditolak oleh para bapa yang membela ajaran Konsili Nicaea I dan St. Athanasius. Pada tahun 357 (menurut keterangan Baronius, Coustant, dan Zaccaria) atau tahun 358 (menurut keterangan Natalis Alexander dan Mansi) Paus Liberius menandatangai Credo Sirmium I yang bersifat Semi Arian dan sebuah pernyataan yang mengutuk St. Athanasius. Sedangkan menurut keterangan Petavius dan Montfoucon, pada tahun 357 Paus Liberius menandatangani Credo Sirmium II yang jelas bersifat Arian. Dan menurut Valesius, Pagi, dan Basnage, pada tahun 358 Paus Liberius menandatangai Credo Sirmium III yang bersifat Semi Arian.

Menurut pihak yang menyangkal kekebalsesatan paus (infallibilitas paus), saat dimana Paus Liberius menandatangani salah satu Credo Sirmium adalah contoh historis bahwa paus bisa salah dalam hal iman. Seperti telah diuraikan sebelumnya, Credo Sirmium I dan Credo Sirmium III bersifat Semi Arian, sedangkan Credo Sirmium II bersifat Arian. Dengan menandatangani credo yang bersifat Semi Arian (ataupun Arian) maka paus telah menolak Credo Nicaea dan menyatakan ajaran Semi Arian (ataupun Arian) sebagai ajaran yang benar. Selain itu, dengan mengutuk St. Athanasius yang adalah pembela ajaran Konsili Nicaea I, secara tidak langsung paus telah mengutuk ajaran Konsili Nicaea I.

Tetapi menurut pihak yang menerima kekebalsesatan paus, dalam pertikaian Arian tersebut Paus Liberius tetap tidak jatuh dalam kesesatan karena :

  1. Dari antara para sejarawan di atas, hanya dua orang yang menyebutkan bahwa Paus Liberius menandatangani Credo Sirmium II. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa paus menandatangani Credo Sirmium I atau Credo Sirmium III. Kedua credo ini – walaupun tidak bersifat anti Arian tetapi juga – tidak bersifat anti Katolik.
  2. Pernyataan kekebalsesatan paus tidak meliputi masalah St. Athanasius. Kaisar pribadi (dan banyak orang lain) ingin menyingkirkan St. Athanasius karena dia dianggap telah merusak perdamaian dalam kekaisaran, dengan melawan para uskup yang tidak mengakui bahwa Putra sehakikat dengan Bapa. Kekebalsesatan paus merupakan masalah iman dan susila, dan tidak melibatkan masalah pribadi perorangan.
  3. Paus menandatangani salah satu Credo Sirmium dalam posisi tertekan dari pihak kaisar. Di kemudian hari, contoh inilah yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan mengapa paus harus menjadi seorang raja yang berdaulat dan memiliki tentara sendiri.
  4. Walaupun St. Athanasius sampai menulis “Liberius, dalam pengasingan selama dua tahun, dan karena takut akan kematian yang selalu mengancamnya, akhirnya menandatangani”, dia tidak pernah menyebutkan bahwa paus telah jatuh dalam kesesatan. Kata menandatangani dalam kalimat tersebut maksudnya adalah menandatangani pengutukan St. Atanasius.
  5. Bahkan jika Paus Liberius berdampingan dengan penganut ajaran sesat, mengutuk St. Athanasius, atau menyangkal Putra Allah, maka hal itu merupakan kelemahan manusia yang sementara dan tidak ada hubungannya dengan kepausan. Paus Liberius akan mirip dengan St. Petrus, Pangeran Para Rasul (dan paus pertama) yang sampai tiga kali menyangkal Yesus (Matius 26 : 69 – 75; Markus 14 : 66 – 72; Lukas 22 : 54 – 62; Yohanes 18 : 17 – 18, 25 – 27).


[sunting] Credo Sirmium I dalam Bahasa Latin

(Sebagian kata atau kalimat dalam kurung adalah kata atau kalimat alternatif dari kata atau kalimat di depannya, sedangkan sebagian kata dalam kurung adalah kata yang bisa disisipkan untuk memperjelas makna kalimat)

Credimus in unum Deum Patrem omnipotentem, creatorem et conditorem (factorem), 'ex quo omnis paternitas in caelo et in terris nominatur'. Et in unicum (unigenitum) eius Filium Dominum nostrum Jesum Christum, qui ante omnia saecula ex Patre natus (genitus) est, Deum ex Deo, lumen ex lumine, per quem facta sunt omnia in caelis et in terra, visibilia et invisibilia; qui est Verbum et sapientia et virtus et vita et lumen verum; qui in novissimis diebus propter nos incorporatus (inhumanatus) est et natus ex sancta virgine, et crucifixus et mortuus est et sepultus; qui et surrexit ex mortuis tertia die, et ascendit (assumptus est) in caelum, et sedet in dextera Patris, et venturus est in consummatione saeculi iudicare vivos et mortuos et reddere unicuique secundum opera sua; cuius regnum sine fine perseverans permanet in perpetua saecula. Erit enim sedens in dextera Patris non solum in hoc saeculo, verum etiam et in futuro. Et in Spiritum Sanctum, id est paracletum, quem promittens apostolis, posteaquam caelum adscendit, misit docere eos et commonere omnia, per quem et sanctificantur credentium in eum sinceriter animae.

  1. Eos autem, qui dicunt: De nullis exstantibus Filius, vel de altera substantia et non ex Deo, et quod erat tempus vel saeculum, quando non erat: alienos scit sancta et catholica Ecclesia.
  2. (Iterum ergo dicimus:) Si quis autem Patrem et Filium duos dicit deos: anathema sit.
  3. Et si quis, unum dicens Deum, Christum autem Deum ante saecula Filium Dei obsecutum Patri in creatione omnium non confitetur: anathema sit. (Et si quis dicens Deum Christum esse, sed eum ante saecula Filium Dei et administrum Patri ad universorum opificium fuisse non confiteatur: anathema sit.)
  4. Et si quis innascibilem Deum vel partem ejus de Maria natum esse audet dicere: anathema sit.
  5. Et si quis secundum praescientiam vel praedestinationem a Maria (ante Mariam) dicit Filium esse, et non ante saecula ex Patre natum apud Deum esse et per eum facta esse omnia: anathema sit.
  6. Si quis substantiam Dei dilatari et contrahi dicit: anathema sit.
  7. Si quis dilatatam substantiam Dei Filium dicat facere, aut latitudinem substantiae eius, sicut sibi videtur Filium nominet: anathema sit.
  8. Si quis insitum vel prolativum Verbum Dei Filium dicat: anathema sit.
  9. Si quis hominem solum dicit de Maria Filium: anathema sit.
  10. Si quis Deum et hominem de Maria natum dicens, Deum innascibilem sic intellegit: anathema sit.
  11. Si quis 'Verbum caro factum est' audiens, Verbum in carnem translatum putet, vel demutationem sustinentem accepisse carnem dicit: anathema sit.
  12. Si quis unicum (unigenitum) Filium Dei crucifixum audiens, dealitatem eius corruptionem vel passibilitatem aut demutationem aut deminutionem vel interfectionem sustinuisse dicat: anathema sit.
  13. Si quis 'Faciamus hominem' non Patrem ad Filium dixisse, sed ipsum ad semetipsum dicat Deum locutum: anathema sit.
  14. Si quis Filium non dicat Abrahae visum, sed Deum innascibilem vel partem eius dicat: anathema sit.
  15. Si quis cum Jacob non Filium quasi hominem colluctatum, sed Deum innascibilem vel partem eius dicat: anathema sit.
  16. Si quis 'Pluit Dominus (ignem) a Domino' non de Filio et Patre intellegat, sed ipsum a se dicat pluisse: anathema sit. Pluit enim Dominus Filius a Domino Patre.
  17. Si quis Dominum et Dominum, Patrem et Filium (quia Dominus a Domino) duos dicat deos: anathema sit. (Si quis audiens Dominum Patrem, Dominum item Filium, et Dominem Patrem et Filium [eo quod Dominus a Domino {pluit}] duos dicat deos: anathema sit.) Non enim exaequamus vel comparamus Filium Patri, sed subiectum intellegimus. Neque enim descendit in Sodomam sine Patris voluntate; neque pluit ex se, sed a Domino, auctoritate scilicet Patris; nec sedet in dextera a semetipso, sed audit dicentem Patrem: 'Sede ad dexteram meam'.
  18. Si quis Patrem et Filium et Spiritum Sanctum unam personam dicat: anathema sit.
  19. Si quis Spiritum Sanctum Paracletum dicens, innascibilem Deum dicat: anathema sit.
  20. Si quis, sicuti docuit nos Dominus, non alium dicat Paracletum a Filio - dixit enim: 'Et alterum Paracletum mittet vobis Pater, quem rogabo ego' -: anathema sit.
  21. Si quis Spiritum Sanctum partem dicat Patris vel Filii: anathema sit.
  22. Si quis Patrem et Filium et Spiritum Sanctum tres dicat deos: anathema sit.
  23. Si quis quod dictum est 'Ego Deus primus, et ego Deus novissimus, et praeter me non est Deus' ad destructionem idolorum dictum et eorum qui non sunt dii, in destructionem Unigeniti ante saecula Dei iudaice intellegat: anathema sit.
  24. Si quis voluntate Dei, tamquam unum aliquid de creatura factum dicat Filium: anathema sit.
  25. Si quis nolente Patre natum dicat Filium: anathema sit. Non enim nolente Patre coactus Pater, vel naturali necessitate ductus, cum nollet, genuit Filium sed mox voluit, sine tempore et impassibiliter ex se eum genitum demonstravit.
  26. Si quis innascibilem et sine initio dicat Filium, tamquam duo sine principio et duo innascibilia et duo innata dicens, (et) duos faciat deos: anathema sit. Caput enim, quod est principium omnium: Filius; caput autem, quod est principium Christi: Deus; ita enim ad unum, qui est sine principio omnium principium, per Filium (pie) universa referimus.
  27. Et iterum confirmantes christianismi intellectum, dicimus quoniam si quis Christum Deum Filium Dei ante saecula subsistentem et ministrantem Patri ad omnium perfectionem (universorum opificium) non dicat, sed ex quo de Maria natus est, ex eo et Christum et Filium nominatum esse et initium accepisse ut sit Deus dicat: anathema sit.


[sunting] Credo Sirmium I dalam Bahasa Indonesia

Kami percaya akan satu Allah Bapa Mahakuasa, pencipta dan penjadi, ‘yang dari pada-Nya semua turunan di surga dan di bumi menerima namanya’. Dan akan satu Putra-Nya Tuhan kita Yesus Kristus, yang sebelum segala abad telah lahir dari Bapa, Allah dari Allah, terang dari terang, yang oleh-Nya telah dijadikan segala sesuatu di langit dan di bumi, yang terlihat dan yang tidak terlihat; yang adalah Sabda dan kebijaksanaan dan kekuatan dan hidup dan terang sesungguhnya; yang dalam masa kini menjadi manusia untuk kita dari perawan kudus, dan disalibkan dan mati dan dikuburkan; dan yang bangkit dari kematian pada hari ketiga, dan naik ke surga, duduk di sisi kanan Bapa, dan datang pada kegenapan waktunya mengadili orang hidup dan orang mati dan membalas setiap orang menurut pekerjaannya; yang kerajaan-Nya tanpa akhir tetap teguh untuk sepanjang masa. Duduk di sisi kanan Bapa tidak hanya untuk masa kini, sesungguhnya juga untuk masa depan. Dan akan Roh Kudus, yang adalah penolong, yang telah dijanjikan kepada para rasul, setelah kenaikan-Nya ke surga, untuk mengajar dan mengingatkan mereka akan semuanya, yang juga menguduskan jiwa yang dengan murni percaya kepada-Nya.

  1. Tetapi jika ada yang berkata : Putra berasal dari ketidakadaan, atau dari hakikat lain dan bukan dari Allah, dan ada waktu atau masa, dimana Dia tidak ada: Gereja kudus dan katolik anggap sebagai orang asing.
  2. (Lalu kami nyatakan lagi:) Jika seseorang berkata bahwa Bapa dan Putra adalah dua Allah: terkutuklah dia.
  3. Dan siapapun, yang berkata bahwa ada satu Allah, sementara Kristus adalah Allah sebelum masa Putra Allah, tidak mengakui bahwa Dia melayani Bapa dalam penciptaan segala sesuatu: terkutuklah dia.
  4. Dan siapapun yang berkata bahwa turunan Allah atau bagian diri-Nya telah lahir dari Maria: terkutuklah dia.
  5. Dan siapapun yang berkata bahwa menurut nubuat dan takdir Putra ada dari Maria, dan bukan lahir dari Bapa sebelum masa, bersama Allah, dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan: terkutuklah dia.
  6. Siapapun yang berkata bahwa hakikat Allah mengembang atau menyusut: terkutuklah dia.
  7. Siapapun yang berkata bahwa hakikat Allah yang menyusut menjadi Putra, atau beranggapan bahwa hakikat Allah yang menyusut disebut Putra: terkutuklah dia.
  8. Siapapun yang berkata bahwa Putra Allah adalah sabda yang merasuk atau menurunkan: terkutuklah dia.
  9. Siapapun yang berkata bahwa Putra dari Maria hanya manusia: terkutuklah dia.
  10. Siapapun yang berkata bahwa Allah dan manusia yang lahir dari Maria, beranggapan Dia adalah Allah yang diturunkan: terkutuklah dia.
  11. Siapapun yang mendengar ’Sabda sudah menjadi daging’, beranggapan bahwa Sabda telah beralih menjadi daging, atau berkata bahwa Sabda telah berubah menjadi daging: terkutuklah dia.
  12. Siapapun yang mendengar bahwa Putra Allah yang tunggal telah disalib, berkata bahwa ke-Allahan-Nya telah rusak atau mengalami sengsara atau berubah atau berkurang atau dibunuh: terkutuklah dia.
  13. Siapapun yang berkata bahwa ‘Mari Kita menjadikan manusia’ tidak diucapkan Bapa kepada Putra, tetapi diucapkan Allah kepada diri-Nya sendiri: terkutuklah dia.
  14. Siapapun yang berkata bahwa Abraham melihat bukan Putra, tetapi turunan Allah atau bagian diri-Nya: terkutuklah dia.
  15. Siapapun yang berkata bahwa yang bergulat dengan Yakub adalah bukan Putra sebagai manusia, tetapi turunan Allah atau bagian diri-Nya: terkutuklah dia.
  16. Siapapun yang mengganggap bahwa ‘Tuhan menghujankan (api) dari Tuhan’ bukan mengenai Putra dan Bapa, tetapi berkata bahwa Dia menghujankan dari diri-Nya sendiri: terkutuklah dia. Putra yang adalah Tuhan menghujankan dari Bapa yang adalah Tuhan.
  17. Siapapun yang mendengar bahwa Bapa adalah Tuhan dan Putra adalah Tuhan, dan Bapa dan Putra adalah Tuhan, sebagai Tuhan dari Tuhan, berkata bahwa ada dua Allah: terkutuklah dia. Kami memahami bahwa Putra tidak setara atau sebanding dengan Bapa, tetapi lebih rendah. Dia tidak turun di Sodom tanpa kehendak Bapa; tidak juga menghujankan dari diri-Nya sendiri, tetapi dari Tuhan, yaitu tentu saja kuasa Bapa; tidak juga Dia sendiri duduk di sisi kanan, tetapi Dia mendengar Bapa berkata: ‘Duduklah di sebelah kanan-Ku’.
  18. Siapapun yang berkata bahwa Bapa dan Putra dan Roh Kudus adalah satu pribadi: terkutuklah dia.
  19. Siapapun yang berkata bahwa Roh Kudus Penolong adalah turunan Allah: terkutuklah dia.
  20. Siapapun yang berkata bahwa Penolong tidak lain dari Putra, tidak seperti ajaran Tuhan kita – Dia berkata: Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain’ –: terkutuklah dia.
  21. Siapapun yang berkata bahwa Roh Kudus adalah bagian dari Bapa atau Putra: terkutuklah dia.
  22. Siapapun yang berkata bahwa Bapa dan Putra dan Roh Kudus adalah tiga Allah: terkutuklah dia.
  23. Siapapun yang berkata bahwa ‘Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain Aku’ yang diucapkan untuk menolak berhala dan illah yang bukan Allah, menganggap untuk menolak Allah sebelum segala abad yang tunggal sebagaimana orang Yahudi lakukan: terkutuklah dia.
  24. Siapapun yang berkata bahwa berdasarkan kehendak Allah, Putra Allah ada sebagai salah satu ciptaan: terkutuklah dia.
  25. Siapapun yang berkata bahwa Putra lahir tanpa persetujuan Bapa: terkutuklah dia. Bukan tanpa persetujuan Bapa, keharusan Bapa atau dituntun oleh kebutuhan alami, dengan tanpa persetujuan, melahirkan Putra; tetapi ketika setuju, di luar waktu dan tanpa kesakitan Dia menghadirkan kelahiran-Nya.
  26. Siapapun yang berkata bahwa Putra adalah turunan dan tidak berawal, sebagaimana jika membicarakan dua yang tidak berawal dan dua turunan dan dua yang tidak dilahirkan, (dan) menjadi dua Allah: terkutuklah dia. Karena kepala, awal dari segalanya: adalah Putra; sementara kepala, yang adalah asal Kristus: adalah Allah; karena itu satu, yang tanpa awal menjadi awal segalanya, melalui Putra alam semesta dipulihkan.
  27. Dan kami nyatakan lagi pengertian Kristen, siapapun yang tidak berkata bahwa Kristus adalah Allah, Putra Allah yang sebelum masa hadir dan melayani Bapa mengerjakan segala yang sempurna di alam semesta, tetapi yang lahir dari Maria, dan karena itu disebut Kristus dan Putra, dan kemudian menerima untuk menjadi Allah: terkutuklah dia.


[sunting] Lihat Pula

[sunting] Pranala luar