Makam Talpiot

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Makam Talpiot
Makam Talpiot

Makam Talpiot adalah sebuah makam yang ditemukan di Talpiot, makam ini diduga merupakan makam dari Yesus dan keluarga. Talpiot terletak di sebelah selatan Kota Lama Yerusalem. Di dalamnya ditemukan 10 osuarium (peti tulang terbuat dari batu gamping) berusia tua dari kurun waktu pra-tahun 70 Masehi, akhir Perang Yahudi I melawan Roma. Sejak penggalian itu tidak ada penyelidikan lebih lanjut atas makam ini. Di dalam sebuah film dokumenter BBC/CTVC yang berjudul The Body in Question dan ditayangkan di Inggris pada Minggu Paskah 1996, muncul laporan sangat singkat tentang makam ini. Karena terlalu singkat, laporan ini berlalu begitu saja.

Gua makan ini awalnya digali dalam kurun 1–11 April 1980 oleh arkeolog Amos Kloner, Yosef Gath, Eliot Braun, dan Shimon Gibson di bawah pengawasan Otoritas Kepurbakalaan Israel (OKI). Sejak saat itu dilakukan penyelidikan terus- menerus.

Daftar isi

[sunting] Osuarium

Pada penggalian 1980 ditemukan 10 osuarium dari makam Talpiot. Namun, sekarang ini, OKI hanya memiliki sembilan osuarium dari makam Talpiot, satu osuarium dinyatakan telah hilang. Pada penggalian 1980 tulang-belulang dari dalam semua osuarium sudah diserahkan kepada otoritas Yahudi Ortodoks setempat untuk dikuburkan kembali.

Dari sembilan osuarium ini, tiga osuarium di antaranya tidak memiliki inskripsi, sedangkan enam lainnya memuat inskripsi:

  • "Yesus anak Yusuf" (bahasa Aram)
  • "Maria" (Aram)
  • "Mariamene e Mara" ("Maria sang Master") (Yunani)
  • "Yoses" (Aram)
  • "Matius" (Aram)
  • "Yudas anak Yesus" (Aram). K

Empat nama yang pertama sudah dikenal sebagai nama-nama yang muncul dalam Alkitab Perjanjian Baru, baik sebagai anggota-anggota keluarga Yesus (Markus 6:3) maupun sebagai seorang yang dekat dengannya (Mariamene e Mara yang dianggap sebagian orang sebagai Maria Magdalena). Anggapan Mariamene e Mara sebagai Maria Magdalena, adalah karena dianggap sama dengan Mariamne dalam naskah Gnostik Kisah Filipus (Acts of Phillip) mengacu ucapan Francois Bovon penerjemah Kisah Filipus ke dalam bahasa Inggeris, yang pernah menyebut bahwa Mariamne mirip dengan Maria Magdalena yang terdapat dalam naskah Gnostik Manichean Psalms, the Gospel of Mary, dan Pistis Sophia. Namun Maria Magdalena dalam naskah Gnostik tidak sama gambarannya dengan yang ada dalam Perjanjian Baru. Dalam the Gospel of Mary dan khasanah Gnostik lainnya tidak disebut Maria Magdalena adalah isteri Yesus. Mariamne dalam Kisah Filipus itu penginjil, pengajar dan juga membaptis, dan melakukan selibat, jadi Bovon menolak kalau Mariamne kemudian diidentikkan dengan Maria Magdalena dalam Injil Perjanjian Baru apalagi sebagai isteri Yesus (The Lost Tomb of Jesus, Wikipedia). Nama "Matius" muncul dalam "silsilah Yesus" (Matius 1 dan Lukas 3) sebagai kakek Yusuf ayah Yesus, dan juga dalam Markus 2:14 sebagai "anak dari Alfeus (Klofas)". Alfeus atau Klofas, menurut James Tabor, adalah saudara dari Yusuf, ayah legal Yesus, karena Tabor berteori bahwa setelah kematian Yusuf, Kleopas mengawini Maria Magdalena. Jadi, "Matius" dianggap oleh Tabor termasuk ke dalam kaum keluarga Yesus (ini hipotesa Tabor sebab harus ingat banyak Matius sekitar Yesus). Hanya nama "Yudas anak Yesus" yang tidak muncul dalam Perjanjian Baru.

[sunting] Osuarium Yakobus

Pada 21 Oktober 2002 di Washington DC, Hershel Shanks, editor kondang dari Biblical Archaelogy Review, dan Discovery Channel mengumumkan telah ditemukan sebuah osuarium yang berinskripsi Aramaik "Yakobus, anak Yusuf, saudara dari Yesus". Osuarium Yakobus ini, yang dimiliki Oded Golan (pedagang barang antik kelahiran Tel Aviv), segera terkenal ke seluruh dunia. Osuarium ini, ketika sudah kembali ke Israel sehabis dipamerkan antara lain di Royal Ontario Museum disita oleh OKI, dan Oded Golan ditangkap dengan tuduhan telah memalsukan inskripsi pada osuarium itu berdasarkan hasil tes isotop yang telah dilakuan Prof Yuval Goren, pakar geologi dari Universitas Tel Aviv. Pada Januari 2007, di ruang sidang pengadilan Israel atas Oded Golan, Prof Goren menyatakan bahwa kemungkinan dua huruf dari nama "Yeshua" (Yesus) pada inskripsi Aramaik di osuarium Yakobus ini terdapat lapisan mineral patina yang asli dan berusia tua. Namun Yuval Goren menolak bahwa keseluruhan kalimat itu asli. Kalimat Yakobus anak Yusuf berbeda tulisannya dengan 'saudara Yesus,' jadi kemungkinan besar ditulis dua orang berbeda. Oded Golan diadili oleh pengadilan Israel karena disangka selama belasan tahun telah melakukan pemalsuan inskripsi barang-barang antik untuk mendongkrak harga, dan di ruang kerjanya ditemukan alat-alat dan barang-barang antik yang sedang dalam proses rekayasa inskripsi.

Sementara ini, Tabor dan Jacobovici berpendapat ada kemungkinan bahwa satu osuarium yang telah hilang dari makam Talpiot itu adalah osuarium Yakobus. Shimon Gibson sendiri berpendapat ada kemungkinan bahwa osuarium Yakobus adalah osuarium ke-11 dari makam Talpiot yang telah dicuri dari makam ini sebelum penggalian dilakukan pada 1980. Ketika diukur kembali, didapati ukuran osuarium Yakobus ini sama dengan ukuran osuarium yang telah hilang itu. Tetapi, menurut Amos Kloner yang memimpin penggalian makam Talpiot, disebutkan bahwa osuarium yang hilang berbeda ukuran dengan yang dianggap milik Yakobus, apalagi asuarium ke-10 itu polos dan sama sekali tidak mengandung inskripsi apa-apa. Sisa-sisa tulang-belulang Yakobus masih tersedia. Jika pengujian DNA diizinkan oleh OKI untuk dilakukan pada human residue Yakobus (hingga kini OKI masih belum memberi izin), dan jika terbukti bahwa DNA Yakobus match dengan DNA Yesus (yang sudah diketahui), maka mungkin makam keluarga di Talpiot itu adalah makam keluarga Yesus dari Nazareth, Yesus yang punya saudara satu ayah, yang bernama Yakobus, sebagaimana dicatat baik oleh tradisi Kristen (Galatia 1:19; Markus 6:3) maupun oleh Flavius Yosefus, sejarawan Yahudi. Thesis James Tabor (Jesus Dinasty) ini memang agak rancu soalnya Tabor berteori bahwa Yesus bukan anak kandung Yusuf tapi anak seorang serdadu Romawi bernama Panthera dan Yesus anak angkat Kleopas yang mengawini Maria setelah Yusuf meninggal. Dalam Perjanjian Baru Yesus tidak dikenal sebagai 'anak Yusuf' tetapi 'Yesus orang Nazareth.'

[sunting] Pemeriksaan DNA

Pemeriksaan DNA tetap bisa dilakukan dengan memakai sisa-sisa endapan organik dari human residue yang menempel pada permukaan-permukaan dinding sebelah dalam atau mengendap di dasar osuarium. Pada tahun 2005 Dr Carney Matheson dan timnya dari Laboratorium Paleo-DNA Universitas Lakehead di Ontario telah memeriksa mitokondria DNA terhadap human residue dari "Yesus anak Yusuf" dan "Mariamene e Mara". Dari penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan persaudaraan maternal antara "Yesus" dan "Mariamene e Mara". Artinya, Mariamene e Mara dari makam Talpiot bukan ibu dari Yesus dan juga bukan saudara kandung perempuannya. Bisa jadi, karena ditemukan dalam satu makam keluarga, Mariamene e Mara dalam makam Talpiot ini adalah orang luar yang bisa siapa saja dan Matheson tidak menyatakan apa-apa kecuali bahwa DNA Yesus anak Yusuf tidak bersaudara kandung dengan Mariamene e Mara. Mengidentikkan Mariamene e Mana sebagai Maria Magdalena adalah asumsi/hipotesa yang terlalu dini. Francois Bovon menyebut bahwa Mariamne dalam Acts of Philip melakukan selibat (tidak kawin).

[sunting] Buku dan Dokumenter

James D Tabor melalui bukunya yang terbit 2006, The Jesus Dynasty, mengangkat kembali signifikansi makam Talpiot bagi studi tentang Yesus. Discovery Channel pada 4 Maret 2007 di Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Israel, dan Eropa menayangkan sebuah film dokumenter berjudul The Lost Tomb of Jesus dengan produser pelaksana James Cameron. Tesis yang diajukan film ini: makam Talpiot adalah betul makam keluarga Yesus dari Nazareth. Di situs www.discovery.com juga ditampilkan penemuan situs makam Yesus dan Keluarga Kudus.

Dalam waktu yang hampir bersamaan (Februari 2007) Simcha Jacobovici dan Charles Pellegrino menerbitkan buku The Jesus Family Tomb: The Discovery, the Investigation, and the Evidence That Could Change History.

Ada pula film dokumenter berjudul The Burial Cave Of Jezus yang dirilis sebagai kerjasama dari Simcha Jacobovici (pemuat film asal Kanada tetapi berdarah Israel), dan James Cameron (pemenang tiga piala Oscar, dan pembuat film Titanic dan The Terminator). Mengenai film dokumenter 'The Lost Tomb of Jesus', dilakukan konperensi pers pada tanggal 26 Februari 2007 di New York dan pada tanggal 4 Maret 2007 film itu diputar di Discovery Channel.

Majalah Haarlems Dagblad, terbitan tanggal 23 Februari 2007 lalu menginformasikan lebih jelas. Terbitan itu memuat laporan seorang pembuat film dokumenter asal Kanada. Dalam jumpa pers ia berkeyakinan telah menemukan kuburan dari Yesus asal Nazaret. Ia meyakinkan bahwa penyelidikan tersebut telah memakan waktu yang cukup lama. Penyelidikan itu bahkan dilakukan oleh tim yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu, diantaranya para arkeolog, ahli sejarah, pakar tulisan kuno dan spesialis DNA.

Dalam laporan penelitian dikatakan, kuburan yang ditemukan tersebut berada di Talpiot, yang masih dalam wilayah Yerusalem. Didalam gua kecil yang dipercaya sebagai kuburan tersebut, team peneliti menemukan 10 sisa - sisa dari peti mati. Dimana tertulis nama-nama diatas sisa-sisa peti tersebut. Nama-nama yang ditemukan, diantaranya: Yesus, anak Yosef; Yudah, anak Yesus; dan dua kali nama Maria, yang dimaksud adalah Maria e Mara dan Maria ibu Yesus. Tak heran, penemuan menghebohkan ini segera menjadi headline harian nasional Israel, Yediot Ahronot.

[sunting] Aneka Reaksi

Sejak dulu selalu ada kontoversi, jauh sebelum heboh buku The Da Vinci Code karya Dan Brown. Kontoversi teori tentang Yudas sebagai pembuka jalan bagi Yesus menuju kebangkitan yang menyelamatkan yang muncul tahun 2006 lalu, hingga kini penemuan makan Yesus.

Amos Kloner, arkeolog asal Israel yang juga terlibat langsung dalam team penelitian gua tua tersebut justru berkomentar: "Memang, tampaknya seperti cerita yang bagus. Tetapi untuk menyebut bahwa penemuan itu sebagai makam Yesus, bukti-bukti yang ada amatlah sedikit". Karena menurutnya, nama-nama yang ditemukan dalam peti tersebut sudah bukan hal yang istimewa. Sejak 2000 tahun yang lalu, sudah hal yang biasa memberikan nama-nama tersebut bagi orang-orang Yahudi, katanya kepada majalah Haarlems Dagblad. Sementara Paul Verhoeven, sutradara flm asal Belanda, yang juga bekerja di Hollywood mengatakan, “Memang indah untuk menikmati khayalan seperti itu". Sayang James Cameron yang terkenal sebagai sutradara film fiksi itu mengajak beberapa pakar untuk mendukung teorinya mengenai makam keluarga Yesus, namun Cameron sering memberi komentar sendiri yang seakan-akan komentar para pakar tersebut. Ted Koppel dalam 'The Lost Tomb of Jesus - A Critical Look' memiliki pengakuan tertulis dari para pakar yang mengaku bahwa mereka dalam wawancara tidak diberitahukan maksud pengumpulan data itu dan kemudian hanya sepotong bagian wawancara (yang kelihatan mendukung) yang dimuat dan bagian lainnya tidak. Bila hasil wawancara itu ditayangkan selengkapnya, kesimpulan atas film itu bisa berbeda.

Reaksi sangat keras datang terutama dari kalangan Kristen konservatif evangelis. Sebaliknya, sejumlah pakar lain, seperti John Dominic Crossan dan James Charlesworth, mendukung penuh usaha-usaha penelitian terhadap makam Talpiot. Crossan menandaskan temuan makam Talpiot itu adalah "paku terakhir yang ditancapkan pada peti mati literalisme biblis". Crossan adalah pendiri Jesus Seminar (1985) yang sudah lebih dari 20 tahun berusaha untuk menggunakan paku untuk ditancapkan pada peti mati Yesus dan literalisme biblis, namun karena keduanya tetap hidup dan tidak mati maka Crossan sampai kehabisan paku untuk terus menerus memaku petimati kosong. Kredibilitas Crossan diragukan, soalnya dalam buku-bukunya ('A Revolutionary Biography' dan 'Who Is Jesus?') ia berpendapat bahwa kemungkinan mayat Yesus tidak dikubur dan mayatnya dibiarkan dimakan anjing dan binatang pemangsa lainnya, dan kemungkinan ia bisa dikuburkan di kuburan keluarga sangat kecil mengingat Yesus adalah tokoh revolusioner pemberontak Yahudi. Jadi, kalau sekarang Crossan bisa menerima Yesus dikubur dengan tenang di kuburan keluarga di tepi Yerusalem maka ia tidak konsisten. Memang yang metaforis tidak boleh ditafsirkan secara literal tetapi sebaliknya yang literal juga tidak boleh dianggap metafor. Perjanjian Baru bila diteliti dengan seksama lebih merupakan catatan historis secara literal, dan berdasarkan ketidak percayaan akan mujizat dan gejala supra-alami, Crossan dan Jesus Seminar yang dipeloporinya berusaha menafsirkannya sebagai metafor.

[sunting] Sanggahan

[sunting] Nama-nama umum

Sejak ekskavasi 1980, nama-nama pada osuarium-osuarium makam Talpiot dipandang oleh sejumlah arkeolog Israel sebagai nama-nama yang umum dipakai di Jerusalem pra-tahun 70. Sifatnya sebagai nama-nama umum inilah yang telah lama dijadikan alasan oleh banyak pakar Kristen menyanggah pendapat bahwa makam Talpiot adalah makam keluarga Yesus dari Nazareth, apalagi dalam Perjanjian Baru Yesus dikenal sebagai 'Yesus orang Nazareth' dan bukan sebagai 'Yesus anak Yusuf' (James Tabor dalam bukunya The Jesus Dinasty menyebut lain lagi yaitu 'Yeshua ben Panthera').

Namun, Jacobovici, Pellegrino, dan James D Tabor berpendapat bahwa terkumpulnya nama-nama anggota keluarga Yesus dalam makam Talpiot sebagai satu cluster adalah suatu kejadian yang unik, yang belum pernah ditemukan sebelumnya di dalam suatu situs galian arkeologis yang terlokasi dan terkontrol. Pandangan mereka ini didukung oleh kajian statistik yang memanfaatkan teori probabilitas dan yang juga memperhitungkan baik demografi kota Jerusalem pra-tahun 70 (berpenduduk antara 25.000 dan 75.000) maupun data nama-nama yang telah dicatat yang berasal dari semua makam yang telah ditemukan di kawasan-kawasan perbukitan kota Jerusalem. Menurut pakar statistik dari Universitas Toronto, Prof Andrey Feuerverger, kemunculan cluster atau kumpulan keempat nama saja yang berkaitan dengan Yesus ("Yesus anak Yusuf", "Maria", "Mariamene e Mara" (yang dianggap Magdalena), dan "Yoses") dalam satu makam, dalam konteks kota Jerusalem pada periode Bait Allah Kedua akhir, adalah suatu kejadian yang unik dengan peluang 1:600. Artinya, dari 600 kasus, hanya akan ada satu kemungkinan kasus seperti kasus makam Talpiot. Jika osuarium Yakobus dimasukkan ke dalam makam Talpiot, maka, menurut Feuerverger, peluangnya berubah menjadi 1:30.000. Artinya, dari 30.000 kasus, hanya akan ada satu peluang kasus yang seperti kasus makam Talpiot, namun Feuerverger juga menyebutkan bahwa ia tidak mengkaitkan makam itu dengan keluarga Yesus yang diceritakan Injil. Yang menarik, James Tabor dalam bukunya memberikan perbandingan fantastis 1:250.000. Perlu disadari bahwa perbandingan itu dibuat dengan asumsi Maramene e Mara adalah Maria Magdalena dan mungkin Yakobus berasal dari makam itu juga, tetapi kalau kita meninggalkan sisanya "Yoses", "Maria" dan "Yesus anak Yusuf," angka itu menjadi lebih kecil lagi menjadi hanya 1 dibanding belasan, dan ini belum juga membuktikan bahwa Yoses adalah saudara Yesus, Maria adalah Maria ibu Yesus, dan Yesus anak Yusuf adalah Yesus orang Nazareth yang diceritakan Perjanjian Baru.

[sunting] Anak Yesus

Sanggahan lainnya adalah tidak mungkin makam Talpiot makam keluarga Yesus sebab di dalam Perjanjian Baru tidak ada satu pun petunjuk yang menyatakan bahwa Yesus mempunyai anak.

Ini adalah sebuah argumentum e silentio yang keliru. Perjanjian Baru tidak menyebut, sebagai contoh, nama-nama Philo, Rabbi Hillel, Flavius Yosefus, Hanina ben Dosa, Apollonius dari Tyana. Namun, semua orang ini adalah orang-orang yang nyata hidup dalam dunia ketika kekristenan baru lahir. Argumentasi ini memang menarik, tetapi perlu disadari bahwa dalam Injil orang-orang itu tidak ada kaitan erat sedangkan kalau Yesus beristeri dan mempunyai anak punya kaitan erat sekali. Selain itu, harus juga dipertimbangkan adanya rujukan-rujukan kepada "murid yang dikasihi" dalam Injil Yohanes yang digambarkan "bersandar pada Yesus di sebelah kanan-Nya" pada waktu perjamuan malam (Yohanes 13:23); dan juga rujukan dalam Injil Markus kepada "seorang muda" yang berlari "dengan telanjang" ketika Yesus ditangkap (Markus 14:51-52)—apakah tidak mungkin, bahwa rujukan-rujukan tersamar ini sebetulnya mengacu kepada anak Yesus, berusia belasan tahun, yang identitas sebenarnya harus dirahasiakan mengingat Roma baru saja menumpas sebuah gerakan messianik dengan menyalibkan sang pemimpinnya, Yesus dari Nazareth, yang mengklaim diri "Raja orang Yahudi"? Argumentasi nama anak yang disembunyikan memang menarik tetapi terasa mengada-ada, soalnya waktu Injil ditulis masih banyak saksi mata yang hidup yang bisa menjadi saksi Yesus mengawini Maria Magdalena dan memiliki anak kalau benar, dan tentunya tentara Romawi akan mudah mengetahuinya. Kalau benar Yesus mengawini Maria Magdalena dan mempunyai anak bernama Yudah, tentu anak itu berumur 2 tahun ketika Yesus disalib pada umur 33, dan kalau Yesus sudah menikah ketika di Nazareth, anaknya tentu masih remaja sehingga bagaimana ia sudah bisa memiliki rumah dan menerima Maria tinggal di rumahnya? Film The Lost Tomb of Jesus menyebutkan bahwa Maria dalam Injil (Yohanes 19:26) adalah Maria Magdalena yang adalah ibu Yudah. Ini menambah benang lebih kusut karena tentunya Maria Magdalena sudah memiliki rumah bersama Yudah jadi untuk apa ia numpang di rumah Yudah?

[sunting] Keluarga miskin

Sanggahan berikutnya adalah bahwa karena keluarga Yesus dari Nazareth adalah keluarga miskin yang tinggal di Galilea, maka mustahil mereka bisa memiliki sebuah makam keluarga di kota Jerusalem; kalaupun keluarga Yesus mampu membeli sebuah makam keluarga, makam ini pastilah sederhana dan berlokasi di Nazareth, bukan di Jerusalem.

Dibandingkan dengan makam-makam lain di kawasan dekat Jerusalem, makam Talpiot itu bersahaja dan sempit, dengan ukuran 3 x 3 meter dan dengan tinggi kurang dari 2 meter. Makam semacam ini dapat disediakan oleh para pengikut perdana Yesus. Sepeninggal Yesus, mereka mungkin memusatkan pergerakan messianik mereka di Jerusalem dengan dipimpin oleh Yakobus (wafat tahun 62), saudara Yesus, yang semasa Yesus masih hidup telah menetap di Jerusalem. Di Betania, tidak jauh dari Jerusalem, berdiam para pengikut setia Yesus, seperti Maria, Marta, dan Lazarus yang dapat menyediakan sebuah makam keluarga.

Pada situs-situs galian arkeologis di sekitar Bukit Zaitun (dilakukan oleh arkeolog-arkeolog Mancini, Bagatti dan Milik, serta Sukenik dan Avigad) yang tidak jauh dari Kota Lama Jerusalem, khususnya pada situs suci Kristen Dominus Flevit ("Tuhan menangis"), telah ditemukan banyak osuarium yang berinskripsi nama-nama Yahudi-Kristen (Jack Finegan, Archaelogy of the New Testament, 359-374). Nama-nama ini adalah nama-nama para murid perdana Yesus yang tetap melanjutkan gerakan messianik yang dipusatkan di Jerusalem sebelum kota ini dihancurkan pada tahun 70 M oleh Roma.

Dalam Markus 6:29 dikatakan bahwa ketika murid-murid Yohanes Pembaptis mendengar sang guru mereka sudah dibunuh oleh Herodes Antipas, mereka segera datang mengambil mayatnya lalu meletakkannya dalam sebuah kubur. Hal yang serupa terjadi juga pada mayat Yesus. Yusuf orang Arimatea, seorang "yang telah menjadi murid Yesus juga" (Matius 27:57) memberikan sebuah makam miliknya sendiri "yang digali di dalam bukit batu" untuk penguburan sementara mayat Yesus (karena hari Sabat sebentar lagi tiba!) (Markus 15:42-47). Dari kubur ini kaum keluarga Yesus diduga kemudian memindahkan mayat Yesus ke makam yang permanen yang disediakan para pengikut pergerakan messianik Yesus yang kini berpusat di Jerusalem. Telah dipindahkannya mayat Yesus ke kubur lain inilah yang menyebabkan kubur pertama itu kosong. Ketika waktunya telah tiba (satu tahun kemudian), tulang-belulang Yesus dimasukkan ke dalam osuarium.

Teori pencurian mayat Yesus oleh para murid sudah setua gosip yang ditaburkan oleh para pemuka Yahudi (Mat.28:13). Kalau mayat Yesus dipindahkan ke Talpiot, sebuah makam keluarga yang tenang karena menyimpan banyak anggota keluarga, justru akan menimbulkan permasalahan lebih besar karena tentunya penguasa Romawi mengetahuinya, kecuali kalau itu makam satu orang yang tersembunyi lokasinya. Makam Talpiot adalah makam keluarga yang resmi dan eksis beberapa generasi dan memiliki gerbang besar yang mencolok sehingga mustahil kalau orang Yahudi dan penguasa Romawi bisa tidak mengetahuinya. Kalau itu makam keluarga Yesus, mengapa Yusuf yang orang Nazareth tidak dipindahkan ke sana dan mengapa saudara-saudara Yesus juga tidak dikuburkan sekalian disitu. Demikian juga mengapa Matius yang bukan keluarga bisa dikuburkan ke situ. James Tabor memang dalam bukunya The Jesus Dinasty berteori bahwa Matius itu anak Kleopas dan Kleopas itu mengawini Maria ibu Yesus setelah Yusuf meninggal. Ini menambah benang makin kusut. Kalau Kleopas menjadi suami kedua dari Maria mengapa ia tidak dikuburkan juga di Talpiot dan kalau dikuburkan ketempat lain mengapa Matius anaknya tidak ikut dikubur bersama ayahnya?

[sunting] Kebangkitan

Sanggahan lainnya bercorak apologetis teologis, bukan historis, datang dari kalangan Kristen evangelis. Bagi kalangan ini, di bumi ini tidak mungkin ada sisa-sisa jasad Yesus sebab Yesus sudah bangkit dengan raganya dan sudah naik ke surga juga dengan keseluruhan raganya (daging, tulang, organ-organ dalam, dan semua lainnya). Teologi mereka pakai untuk menghambat penyelidikan interdisipliner terhadap makam Talpiot dan osuarium-osuarium yang terdapat di dalamnya. Kalangan inilah, dengan literalisme biblis mereka, yang sama sekali tidak mau diperhatikan oleh para pakar peneliti makam Talpiot. Sebaliknya, sanggahan dari kalangan Liberal terutama Jesus Seminar berdasarkan apa yang mereka anggap 'iman historis' justru menyangkal sifat historis kebangkitan Yesus karena mereka menolak hal-hal yang bersifat mujizat dan supra-alami. Baik evangelis biblis dan liberal perlu membuka diri dalam dialog dan pertama-tama perlu mengkaji lagi pendapat mereka mengenai sifat sejarah kebangkitan. Keduanya bersifat imani dan bukan ilmiah, yang pertama beriman bahwa catatan Injil mengenai kebangkitan bersifat historis, sedangkan yang kedua beriman bahwa catatan Injil mengenai kebangkitan bersifat tidak historis.


[sunting] Pranala luar

The Resurrection & Christian origins]

Resurrecting to Old Arguments]