Arya Penangsang
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Arya Penangsang atau terkadang disebut Arya Jipang, adalah seorang adipati wilayah Jipang Panolan (diperkirakan letaknya di sebelah utara Blora) pada abad ke-16. Ia merebut kekuasaan Kesultanan Demak dari Sunan Prawoto, yaitu anak dari Sultan Trenggono. Arya Penangsang tewas dalam pertempuran dengan Sutawijaya dan Sultan Hadiwijaya.
Daftar isi |
[sunting] Suksesi Kesultanan Demak
Wafatnya Sultan Trenggono dari Demak dalam peperangan tahun 1546, mengakibatkan krisis suksesi di Kesultanan Demak. Terjadi perebutan kekuasaan antara adik Sultan Trenggono yaitu Pangeran Sekar Seda Lepen, dengan anak Sultan Trenggono yaitu Sunan Prawoto. Pangeran Sekar Seda Lepen akhirnya terbunuh, dan Sunan Prawoto naik tahta. Akan tetapi kejadian ini tidak dapat diterima oleh Arya Penangsang, yaitu anak Pangeran Sekar Seda Lepen dan murid dari Sunan Kudus. Ia memimpin perlawanan Kadipaten Jipang Panolan yang meliputi wilayah Pati, Lasem, Blora, dan Jipang sendiri, terhadap Sunan Prawoto dan para adipati pendukungnya. Tahun 1561, Sunan Prawoto beserta keluarganya tewas oleh orang-orang suruhan Arya Penangsang.
[sunting] Persekutuan para adipati
Keberhasilan Arya Penangsang merebut kekuasaan tidak berumur panjang. Para adipati yang menentangnya segera bersekutu dan melancarkan serangan terhadap Jipang Panolan, di bawah pimpinan Joko Tingkir adipati Pajang yang juga merupakan menantu Sultan Trenggono. Dukungan kuat datang dari Ratu Kalinyamat, yang konon suaminya Adipati Jepara juga dibunuh oleh suruhan Arya Penangsang. Selain itu, Joko Tingkir juga dibantu oleh Ki Gede Pemanahan dan anaknya Sutawijaya, yang nantinya terbukti akan berperan besar dalam mengalahkan Arya Penangsang.
[sunting] Gugurnya Arya Penangsang
Pertempuran antara Jipang Panolan dan Pajang ternyata berakibat fatal bagi Arya Penangsang. Pasukannya tidak dapat meraih kemenangan dalam menghadapi strategi serangan gabungan pasukan-pasukan Ki Gede Pemanahan dan para pembantunya, yaitu Ki Juru Mertani dan Ki Penjawi.
Menurut penuturan babad, Arya Penangsang diceritakan berhasil dilukai lambungnya oleh tombak pusaka Kyai Plered milik Sutawijaya, yang menyebabkan sebagian ususnya terurai. Dengan kesaktiannya, Arya Penangsang dapat bertahan hidup, melibatkan ususnya ke pangkal kerisnya, dan terus melakukan perlawanan. Dalam pertarungan jarak dekat, ia menghunus keris pusakanya Setan Kober terhadap Sutawijaya dan saat itulah sebagian ususnya yang terlilitkan di keris ikut teriris. Diceritakan bahwa Arya Penangsang tewas seketika.
Setelah peperangan, Joko Tingkir mengambil alih pimpinan dan memindahkan pusat kekuasaan dari Demak ke Pajang. Ia lalu mendirikan Kesultanan Pajang sebagai pengganti Kesultanan Demak, dan menjadi rajanya yang bergelar Sultan Hadiwijaya.
[sunting] Dampak budaya
Dalam kelengkapan busana adat pengantin pria Jawa, terdapat keris yang dihiasi untaian mawar dan melati yang dikalungkan ke pangkal kerisnya. Ini dikatakan merupakan lambang pengingat, agar sang pengantin pria tidak berwatak pemarah dan ingin menang sendiri sebagaimana watak Arya Penangsang.
| Didahului oleh: Sunan Prawoto |
Sultan Demak 1546—1561 |
Digantikan oleh: - |

